Minggu, 30 Oktober 2011

Ketika Petani Berpuisi

Tajuk ranting-ranting itu
Menusuk biru lingkar cakrawala
Daun-daunya kering bertaburan
Batangnya meranggas tanpa jiwa
Ia kuranng kasih sayang
Air adalah harapan keinginan
Hilang ditelan kemarau
Hanya jejak retakan pada tanah tani
Yang mendulang tangis tanpa air mata
Satu persatu rantingnya jatuh
Terhempas takdir pada bongkahan tanah keras
Kulit-kulitnya terkelupas perih diiris angin
Batangnya pun mulai tercabik-cabik
Oleh biota yang mencari makan dalam serat tubuhnya
Akarnya rapuh tak mampu lagi berpijak
Mencengkram tanah.....
Terdengarlah lengking tangis dari semua kerabat botani
Beriringan bagai genderang sangkakala
Tariannya serupa nasib diri
Pada ratapan dia nyanyikan pantun kesunyian
Yang merindingkan buluh-buluh gaib pada tangan dan tengkuk
Mereka terus saja berteriak...
Merobek ruang dengar...!
Menari....dengan emosi tanpa kendalai
Bernyanyi dengan mantra yang diyakini